Jalan-Jalan & Kopi
Assalamu’alaikum gaiss~ Gimana kabarnya? Lagi liburan ngga? Yang liburan pasti seruu dong yaa, yang masih ada tugas/kerjaan ayoo semangatt! Semakin cepat selesai, semakin cepat bisa kembali santai-santai wkwkw.
Setelah lama enggak muncul disinii, akhirnya hari ini aku berniat memposting cerita saat aku dan teman-temanku main kemarin. Nah, jadi, berhubung karena aku lagi liburan jugaa (ini pas liburan kenaikan kelas yaa, latepost ceritanya huhu) aku dan teman-temanku menjadwalkan untuk bertemu.
Kami sepakat untuk berkumpul hari Jumat.
Jam 9, aku sudah sampai di rumah Sheza. Disya dan Balqis mengabari akan telat
datang karena ada urusan, dan ternyata Sheza sedang belanja bestiee jadilah
untuk beberapa saat aku menunggu sendirian di ruang tamunya huhu.
Selang beberapa waktu, Balqis datang
disusul Disya. Setelah Sheza selesai bersiap-siap, kami bergerak ke tempat kopi
tujuan dengan dua motor. Aku berboncengan dengan Balqis, Disya dengan Sheza.
Sebenarnya beresiko banget karena disitu aku dan Sheza engga pakai helm T_T
Beneran deh aku lupa bawa helm dari rumah. Tolong jangan dicontoh ya bestie,
demi keselamatan bersama alangkah baiknya pakai helm kalo berkendara yaa
Karena aku dan Sheza engga pakai helm,
kami memutuskan pergi lewat jalan kecil yang sudah pasti gak akan ketemu polisi
hehehe. Disya berjalan di depan karena katanya ia tahu jalan. Sekitar 10 menit
berjalan, motor kami bersebelahan dan Sheza berkata kesal setengah tertawa,
“Disya salah jalan! Dia kira kita mau ke Kopi Kiri ***, padahal maksud aku
KopKir yang di Lamteh.”
Singkat cerita, kami melewati jalan yang
lebih jauh dari yang seharusnya karena salah jalan. Kami sampai di Kopi Kiri
Lamteh sekitar jam 12 dan saat itu sudah mulai mendung. Baguslah, setidaknya
tidak akan terlalu panas. Karena tempat duduk di dalam penuh, kami duduk di
luar yang tampak lumayan sepi, hanya dua meja yang sudah terisi.
Saat mau memesan, Balqis menyamakan
pesanannya denganku, sedangkan Sheza terserah katanya mau pesan apa. Aku dan
Disya masuk untuk memesan, dan karena bingung mau minum apa, aku menyetujui
saat Disya menawarkan kopi. Aku lupa sama sekali bahwa semalam aku begadang,
dan belum menyentuh nasi sejak pagi. Inisiatif karena perut sudah terasa
kosong, aku memesan katsu sandwich. Disya memesan vanilla untuk ia dan Sheza
(aku lupa detailnya apa) serta donat.
Kami menikmati pesanan dan mengobrol
banyak. Banyak sekali hal yang diceritakan memgingat kami sudah lama tak
berkumpul. Di tengah obrolan, sesaat setelah Balqis menyeruput kopinya yang
disamakan denganku, ia bertanya, “ini kopi ya?”
“Iya,” jawabku. Bingung melihat raut wajah
Balqis yang berubah.
“Kok pesan kopi? Aku belum makan dari
pagi, kau juga kan? Semalem kau juga begadang kan?” tanya Balqis,
dan seketika aku tersadar. Kopi di tangan sudah habis setengah, mana aku pesan
ukuran regular pula. Meringis, tapi ujung-ujungnya aku tetap minum karena
menurutku enak. Berbeda dengan Balqis yang tidak banyak meminum kopinya, hanya
sepertiga.
Setelah itu, kami tak banyak menyinggung
kopi itu. Waktu sudah mulai masuk waktu shalat jumat, pengunjung laki-laki
sudah tak tampak. Di Kopi Kiri, pengunjung tetap bisa duduk saat waktu Jumat,
namun pemesanan ditutup sementara.
Saat sedang berfoto, Balqis melirik kearah
tanganku. “Tangan kau gemetaran, tuh.”
“Masa?” aku melirik heran, memperhatikan
jari tangan. Badanku memang mulai lemas, namun aku tak merasa gemetar sama
sekali.
Sekitar jam setengah dua, Sheza pulang
duluan karena ada acara lain. Aku, Balqis dan Disya memutuskan pergi ke
Gramedia sekalian shalat zhuhur. Kami shalat di mushalla Gramedia, lalu masuk
untuk melihat-lihat. Balqis katanya mau membeli kado untuk adiknya yang
berulang tahun. Namun, setelah keliling-keliling, kami belum juga menemukan
yang cocok. Akhirnya, kami memutuskan untuk naik keatas melihat buku-buku saja.
Disya mengambil salah satu buku adaptasi
AU berjudul Azzamine, “ini yang lagi rame kemarin, kan?” tanyanya. Aku
mengangguk, tahu juga sedikit walaupun belum pernah membaca AU dan bukunya.
Disya sih cuma lihat-lihat saja, gamau beli karena lagi nabung. Mau naik haji,
wkwkw aamiin.
Aku pun sebenarnya hanya melihat-lihat
saja, sih. Melirik satu-dua buku yang kutahu bagus dari review orang-orang.
Bulan ini aku sudah membeli buku, dan aku belum tahu pasti mau
membeli buku yang mana dulu dari wishlist. Daripada kalap beli semua, mending
nanti-nanti aja yakan.
Saat itu, aku semakin merasa lemas. Rasa
pusing akibat begadang bercampur dengan perut kosong, serta detak jantungku
mulai terasa lebih cepat. Aku tidak pernah berada si situasi ini sebelumnya,
dan buruknya lagi baru kali ini aku minum kopi setelah sekian lama. Aku tak
menyangka akibatnya akan seperti ini. Gramedia yang biasanya selalu menjadi
tempat yang senang kudatangi, sekarang untuk melihat-lihat buku saja pusing.
Takut pingsan, aku menghampiri Balqis dan Disya.
“Makan siang dulu, yuk? Yang deket-deket
aja, udah gak sanggup lagi.”
Karena Balqis pun sudah sakit perut, kami
bertiga langsung mencari tempat makan. Balqis dan Disya memilih salah satu
tempat ayam geprek yang terkenal enak. Bisa-bisanya malah memilih ayam geprek
saat sedang sakit perut begini. Apalagi Balqis, seakan tidak peduli dengan
perutnya, ia memesan ayam dengan sambal ijo. Nangis banget, kasian perutnya,
terzolimi.
Karena tidak menemukan minuman hangat di
menu, aku bertanya, “ teh hangat gak ada, Bang?”
“Gak ada, dek.”
“Gabisa buatin?” tanyaku penuh harap.
Abang kasir itu berbicara sejenak dengan temannya, lalu berkata, “gak bisa,
dek. Teh biasa aja bisa?”
Agak kecewa, aku mengiyakan. Daripada
minuman dingin, mendingan yang normal-normal saja. Aku nggak mau pingsan dulu
sebelum sampai rumah. Sebenarnya aku juga takut karena Balqis yang mengendarai
motor pun sakit perut, kalau dia pingsan siapa yang bopong? Aku mana kuat
bestie :”
Aku menghempaskan tubuh di tempat
duduknya. Empuk, kayak sofa. Lega banget karena setidaknya belum pingsan.
Sedari tadi nahan kaki supaya engga meleyot karena rasanya lemas banget. Napas
aja udah pendek-pendek, beneran tobat deh besok-besok gaakan kayak gini lagi.
Jangan coba-coba kayak gini ya fren, apalagi kalo kamu gak kebiasa skip makan,
seremm.
Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore
(atau siang?) saat kami makan. Aku makan lamaaa banget, entah kenapa rasanya
gak sanggup makan padahal kan butuhnya makan ya. Kami sengaja berlama-lama
duduk untuk mengisi tenaga. Sesekali berbincang dan menertawakan satu sama
lain. Setengah jam kemudian, Disya pulang duluan karena ada urusan.
Tinggal aku dan Balqis yang masih tidak
bosan nongkrong disitu. Tidak lama setelah energi sudah terisi, kami pergi
mencari kado untuk adiknya. Dia pusing banget mau milih botol minum yang mana,
antara warna pink atau biru huhuhu padahal tinggal pilih salah satu.
Habis itu sih kami pulang ke rumahnya,
mengobrol banyak dan akhirnya aku pulang sekitar jam setengah delapan malam.
Pas pulang rasanya capek banget, ga sanggup apa-apa lagi. Tapi tetap
senang karena sempat bermain-main, dan mendapat pelajaran alangkah baiknya
besok-besok sebelum pergi pastikan harus makan pagi dulu wkwkwkw.
Nah, sebenarnya aku cuma mau sharing aja
oengalaman main inii gais. Kalo kalian gimana? Ada yang seru, gakk? Semoga
senang-senang terus, yaa, Oke, deh, sampai ketemu lagii, assalamu’alaikum~
0 Comments