Jalan-Jalan & Kopi

by - 11.30.00


Assalamu’alaikum gaiss~ Gimana kabarnya? Lagi liburan ngga? Yang liburan pasti seruu dong yaa, yang masih ada tugas/kerjaan ayoo semangatt! Semakin cepat selesai, semakin cepat bisa kembali santai-santai wkwkw. 

Setelah lama enggak muncul disinii, akhirnya hari ini aku berniat memposting cerita saat aku dan teman-temanku main kemarin. Nah, jadi, berhubung karena aku lagi liburan jugaa (ini pas liburan kenaikan kelas yaa, latepost ceritanya huhu) aku dan teman-temanku menjadwalkan untuk bertemu.

Bersekolah di tempat yang berbeda-beda membuat kami jarang bisa berkumpul, dan akhirnya kali ini bisa berkumpul lagi. Ya, sebenarnya kami enggak sejarang itu bertemu. Mungkin ada 2 bulan sekali, walaupun kadang nggak lengkap semua.

Kami sepakat untuk berkumpul hari Jumat. Jam 9, aku sudah sampai di rumah Sheza. Disya dan Balqis mengabari akan telat datang karena ada urusan, dan ternyata Sheza sedang belanja bestiee jadilah untuk beberapa saat aku menunggu sendirian di ruang tamunya huhu.

Selang beberapa waktu, Balqis datang disusul Disya. Setelah Sheza selesai bersiap-siap, kami bergerak ke tempat kopi tujuan dengan dua motor. Aku berboncengan dengan Balqis, Disya dengan Sheza. Sebenarnya beresiko banget karena disitu aku dan Sheza engga pakai helm T_T Beneran deh aku lupa bawa helm dari rumah. Tolong jangan dicontoh ya bestie, demi keselamatan bersama alangkah baiknya pakai helm kalo berkendara yaa

Karena aku dan Sheza engga pakai helm, kami memutuskan pergi lewat jalan kecil yang sudah pasti gak akan ketemu polisi hehehe. Disya berjalan di depan karena katanya ia tahu jalan. Sekitar 10 menit berjalan, motor kami bersebelahan dan Sheza berkata kesal setengah tertawa, “Disya salah jalan! Dia kira kita mau ke Kopi Kiri ***, padahal maksud aku KopKir yang di Lamteh.”

Singkat cerita, kami melewati jalan yang lebih jauh dari yang seharusnya karena salah jalan. Kami sampai di Kopi Kiri Lamteh sekitar jam 12 dan saat itu sudah mulai mendung. Baguslah, setidaknya tidak akan terlalu panas. Karena tempat duduk di dalam penuh, kami duduk di luar yang tampak lumayan sepi, hanya dua meja yang sudah terisi.

Saat mau memesan, Balqis menyamakan pesanannya denganku, sedangkan Sheza terserah katanya mau pesan apa. Aku dan Disya masuk untuk memesan, dan karena bingung mau minum apa, aku menyetujui saat Disya menawarkan kopi. Aku lupa sama sekali bahwa semalam aku begadang, dan belum menyentuh nasi sejak pagi. Inisiatif karena perut sudah terasa kosong, aku memesan katsu sandwich. Disya memesan vanilla untuk ia dan Sheza (aku lupa detailnya apa) serta donat.

Kami menikmati pesanan dan mengobrol banyak. Banyak sekali hal yang diceritakan memgingat kami sudah lama tak berkumpul. Di tengah obrolan, sesaat setelah Balqis menyeruput kopinya yang disamakan denganku, ia bertanya, “ini kopi ya?”

“Iya,” jawabku. Bingung melihat raut wajah Balqis yang berubah.

“Kok pesan kopi? Aku belum makan dari pagi,  kau juga kan? Semalem kau juga begadang kan?” tanya Balqis, dan seketika aku tersadar. Kopi di tangan sudah habis setengah, mana aku pesan ukuran regular pula. Meringis, tapi ujung-ujungnya aku tetap minum karena menurutku enak. Berbeda dengan Balqis yang tidak banyak meminum kopinya, hanya sepertiga.

Setelah itu, kami tak banyak menyinggung kopi itu. Waktu sudah mulai masuk waktu shalat jumat, pengunjung laki-laki sudah tak tampak. Di Kopi Kiri, pengunjung tetap bisa duduk saat waktu Jumat, namun pemesanan ditutup sementara.

Saat sedang berfoto, Balqis melirik kearah tanganku. “Tangan kau gemetaran, tuh.”

“Masa?” aku melirik heran, memperhatikan jari tangan. Badanku memang mulai lemas, namun aku tak merasa gemetar sama sekali.

Sekitar jam setengah dua, Sheza pulang duluan karena ada acara lain. Aku, Balqis dan Disya memutuskan pergi ke Gramedia sekalian shalat zhuhur. Kami shalat di mushalla Gramedia, lalu masuk untuk melihat-lihat. Balqis katanya mau membeli kado untuk adiknya yang berulang tahun. Namun, setelah keliling-keliling, kami belum juga menemukan yang cocok. Akhirnya, kami memutuskan untuk naik keatas melihat buku-buku saja.

Disya mengambil salah satu buku adaptasi AU berjudul Azzamine, “ini yang lagi rame kemarin, kan?” tanyanya. Aku mengangguk, tahu juga sedikit walaupun belum pernah membaca AU dan bukunya. Disya sih cuma lihat-lihat saja, gamau beli karena lagi nabung. Mau naik haji, wkwkw aamiin.

Aku pun sebenarnya hanya melihat-lihat saja, sih. Melirik satu-dua buku yang kutahu bagus dari review orang-orang. Bulan ini aku sudah membeli buku, dan aku belum tahu pasti  mau membeli buku yang mana dulu dari wishlist. Daripada kalap beli semua, mending nanti-nanti aja yakan.

Saat itu, aku semakin merasa lemas. Rasa pusing akibat begadang bercampur dengan perut kosong, serta detak jantungku mulai terasa lebih cepat. Aku tidak pernah berada si situasi ini sebelumnya, dan buruknya lagi baru kali ini aku minum kopi setelah sekian lama. Aku tak menyangka akibatnya akan seperti ini. Gramedia yang biasanya selalu menjadi tempat yang senang kudatangi, sekarang untuk melihat-lihat buku saja pusing. Takut pingsan, aku menghampiri Balqis dan Disya.

“Makan siang dulu, yuk? Yang deket-deket aja, udah gak sanggup lagi.”

Karena Balqis pun sudah sakit perut, kami bertiga langsung mencari tempat makan. Balqis dan Disya memilih salah satu tempat ayam geprek yang terkenal enak. Bisa-bisanya malah memilih ayam geprek saat sedang sakit perut begini. Apalagi Balqis, seakan tidak peduli dengan perutnya, ia memesan ayam dengan sambal ijo. Nangis banget, kasian perutnya, terzolimi.

Karena tidak menemukan minuman hangat di menu, aku bertanya, “ teh hangat gak ada, Bang?”

“Gak ada, dek.”

“Gabisa buatin?” tanyaku penuh harap. Abang kasir itu berbicara sejenak dengan temannya, lalu berkata, “gak bisa, dek. Teh biasa aja bisa?”

Agak kecewa, aku mengiyakan. Daripada minuman dingin, mendingan yang normal-normal saja. Aku nggak mau pingsan dulu sebelum sampai rumah. Sebenarnya aku juga takut karena Balqis yang mengendarai motor pun sakit perut, kalau dia pingsan siapa yang bopong? Aku mana kuat bestie :”

Aku menghempaskan tubuh di tempat duduknya. Empuk, kayak sofa. Lega banget karena setidaknya belum pingsan. Sedari tadi nahan kaki supaya engga meleyot karena rasanya lemas banget. Napas aja udah pendek-pendek, beneran tobat deh besok-besok gaakan kayak gini lagi. Jangan coba-coba kayak gini ya fren, apalagi kalo kamu gak kebiasa skip makan, seremm.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore (atau siang?) saat kami makan. Aku makan lamaaa banget, entah kenapa rasanya gak sanggup makan padahal kan butuhnya makan ya. Kami sengaja berlama-lama duduk untuk mengisi tenaga. Sesekali berbincang dan menertawakan satu sama lain. Setengah jam kemudian, Disya pulang duluan karena ada urusan.

Tinggal aku dan Balqis yang masih tidak bosan nongkrong disitu. Tidak lama setelah energi sudah terisi, kami pergi mencari kado untuk adiknya. Dia pusing banget mau milih botol minum yang mana, antara warna pink atau biru huhuhu padahal tinggal pilih salah satu.

Habis itu sih kami pulang ke rumahnya, mengobrol banyak dan akhirnya aku pulang sekitar jam setengah delapan malam. Pas pulang rasanya capek  banget, ga sanggup apa-apa lagi. Tapi tetap senang karena sempat bermain-main, dan mendapat pelajaran alangkah baiknya besok-besok sebelum pergi pastikan harus makan pagi dulu wkwkwkw.

Nah, sebenarnya aku cuma mau sharing aja oengalaman main inii gais. Kalo kalian gimana? Ada yang seru, gakk? Semoga senang-senang terus, yaa, Oke, deh, sampai ketemu lagii, assalamu’alaikum~

 

 

 

 


You May Also Like

0 Comments