Magang DBR Cake's
Assalamu’alaikum, everybody! Aku mau
cerita tentang pengalaman magangku kemarin, nih. Tapi, kayaknya kamu-kamu harus
tahu dulu, apa itu magang? Jadi, magang adalah sebuah proses pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan.
Nah, kemarin, tanggal 26 Desember 2017, aku magang di DBR Cake’s bunda fiza.
Rencananya, kami mau buat kue tart. Kalau kamu-kamu penasaran dengan kegiatan
kami kemarin, ayo kita let’s go!
Pagi itu, jam 09.15 pagi, aku dan
orang tuaku datang ke rumah Bunda Fiza untuk magang. Disana, ternyata beberapa
teman-temanku sudah datang. Ada Kak Khansa, Rindu, Qiza, dan Bang Afif. Aku
sempat mengira murid magang kali ini mungkin sekitar 15-20 orang. Tapi
ternyata, setelah aku datang, datanglah Bang Yusuf. Wow, kali ini murid
magangnya hanya 6 orang rupanya.
Kami disambut oleh Bunda Fiza. Saat
itu, yang kukenal hanya Rindu. Lalu, aku berkenalan dengan Kak Khansa dan Qiza.
Setelah itu, orang tuaku pulang.
Bunda Fiza mulai memperkenalkan
diri. Setelah itu, ia berkata ia akan membagi tugas untuk kami berenam. Bunda
Fiza bertanya siapa yang akan mengambil barang-barang membuat kue, Rindu dan
Bang Yusuf langsung menawarkan diri. Lalu, Bunda Fiza menyuruhku dan Kak Khansa
untuk membantunya mengelap alat-alat yang akan dipakai nanti.
Setelah mengelap alat, aku dan Kak
Khansa membawa alat yang sudah dilap ke ruang tengah. Lalu, Bunda Fiza
memintaku untuk membantunya mencuci telur.
Aku sempat bingung, apa maksudnya
mencuci telur? Mencuci telur yang sudah dimasak kah? Ye, kan nggak mungkin.
Ternyata, yang dicuci itu telur yang masih utuh, dalam artian telurnya belum
digoreng, belum direbus, pokoknya belum diapa-apakan.
Lalu, aku bertanya, “Bunda, kenapa
telurnya harus dicuci dulu?” habis, kalau di rumah, telur yang mau dimasak
kayaknya enggak dicuci lagi hehe.
Bunda menjawab, karena telur itu
baru diperam oleh ayam, jadi telurnya harus dicuci, supaya bakteri dan kuman
yang ada pada ayam tidak menempel pada telur. Setelah mencuci telur, Bunda Fiza
merebus telur sebentar.
Telur selesai direbus, Bunda Fiza
dan aku membawa telur-telur itu ke ruang tengah. Sebelumnya, telur yang baru
direbus sudah dilap terlebih dahulu. Ternyata, di ruang tengah, teman-temanku
yang lain sedang menakar bahan-bahan kue. Contohnya tepung, cokelat bubuk, margarin,
pengembang kue, dan lain-lain.
Sementara
yang lainnya menakar bahan, aku dan Kak Khansa mengupas buah-buahan yang kata
Bunda Fiza, akan diperlukan saat kami menghias kue. Aku memotong mangga, kak
Khansa memotong buah naga. Karena aku tak terlalu pintar memotong buah, Rindu
menawarkan untuk memotong mangga. Ia tampak gugup, karena katanya, baru kali
ini ia memegang pisau.
Setelah
semua bahan selesai ditakar, Bunda mencampur semua bahan kue, lalu menantang
kami berenam untuk memecahkan telur, memasukkan kuning dan putih telur pada
adonan tanpa memasukkan cangkang telur. Wah, disinilah tampak mana murid yang
sering memasak telur di rumah J
Bunda Fiza menghidupkan mixer, lalu
bertanya pada kami berenam, siapa yang mau duluan untuk me-mixer adonan kue. Kami
berenam bergiliran me-mix kue. Bang Yusuf dan Rindu terlihat paling semangat.
Adonan kue selesai di mix, Bunda
Fiza memisahkannya menjadi dua adonan pada loyang. Bunda memasukkan adonan pada
oven. Sambil menunggu kue matang, kami mempunyai waktu untuk beristirahat dan
mengobrol ria. Karena jam sudah menunjukkan pukul 12.30, kami langsung makan
siang.
Aku dan Kak Khansa memilih untuk
makan siang di teras. Bunda Fiza dan Umi Esti makan di ruang tengah bersama
yang lainnya. Aku dan Kak Khansa menyantap makan siang sembari mengobrol
tentang apaa … saja. Kadang-kadang, kami membicarakan boyband dan girlband
Korea, berhubung Kak Khansa sangat suka pada Korea.
Setelah makan siang, kami bergerak
shalat dzuhur. Selesai shalat, kami dipanggil oleh Bunda untuk membuat butter cream. Kami membuat butter cream dengan
riang, lalu bergantian mengaduk butter cream dengan tehnik yang sudah diajarkan
oleh Bunda.
Selesai membuat butter cream, hmmm,
inilah saatnya! Kami berkreasi dengan kue. Bunda Fiza mengusulkan membuat kue
dengan butter cream di seluruhnya, atau membuat kue dengan topping buah-buahan.
Bunda Fiza juga mengusulkan bentuk kue, bentuk segi empat atau berbentuk
kupu-kupu. Karena berhubung ide-ide anak muridnya ini banyak, akhirnya Bunda
membentuk dua kelompok. Satu kelompok berencana membuat kue kupu-kupu dengan
butter cream, dan satu kelompoknya lagi membuat kue segiempat dengan topping
buah-buahan.
Kelompok kue buah, yang
beranggotakan aku, Rindu, dan Kak Khansa mulai merapikan bentuk kue. Lalu, kami
bertiga bergiliran melapisi kue dengan butter cream putih. Kadang, kami bertiga
tertawa terbahak, menertawakan sesuatu yang terjadi secara tidak sengaja.
Sedangkan kelompok kue kupu-kupu, yang beranggotakan
Bang Yusuf, Bang Afif dan Qiza, mulai merapikan bentuk kue. Bang Yusuf tanpa
ragu membentuk kue berbentuk kupu-kupu tanpa bantuan penggaris. Tampaknya,
membentuk kue berbentuk kupu-kupu itu sulit, karena menurutku, dari bentuknya
saja sudah kelihatan sukarnya membentuk kue.
Setelah kelompokku ‘berhasil’ mengoles butter cream
pada seluruh permukaan kue, Bunda Fiza langsung mencairkan cokelat. Karena
rencananya, pada tepi kue nanti, kami akan menempel cokelat pagar. Selesai
mencairkan cokelat, Bunda mencetaknya pada cetakan cokelat. Kami langsung
memasukkan cokelat cair tadi ke freezer
agar cepat dingin.
Setelah bolak-balik mencetak cokelat sampai tiga
kali, dan diselingi oleh tingkah kami mencomot cokelat-cokelat ‘gagal’ (cokelat
yang patah ataupun jelek bentuknya), kami menempelkan cokelat itu pada tepi
kue. Aku bertugas untuk merapikan bentuk cokelat, sedangkan Rindu dan Kak
Khansa menempelkan cokelat pada tepi kue yang sudah dioles butter cream.
Kelompok kupu-kupu sudah bergerak lebih cepat, mereka
sedang menghias permukaan kue dengan hiasan ‘khas’ kupu-kupu.
Siap menempel cokelat, kami tinggal menghias buah di
permukaan kue! Kami berunding tentang letak buah nantinya. Setelah sepakat akan
letak buah, kami bertiga mulai menghias kue dengan buah. Kami sepakat menghias
pinggiran kue dengan buah naga, diantara potongan buah naga kami menaburkan
potongan mangga. Pada bagian tengah kue, kami meletakkan empat iris buah
anggur, lalu di tengah-tengahnya kami meletakkan anggur yang sudah ditancapkan
cokelat.
Sebagai finishing
touch, Kak Khansa mengikat kue dengan pita. Finally! Jadi juga kue buatan kami, setelah setengah hari jungkir
balik buatnya *halah, bahasanya
Kelompok kupu-kupu sedang sibuk menghias tepian kue
dengan totol-totol kecil butter cream. Bang Afif dan Bang Yusuf sudah
mengangkat tangan, menyerah. Dan, sebagai pelarian dari tugas membuat totol
butter cream, Bang Yusuf menawarkan diri untuk mencuci piring. Aku hanya
mengangkat alis, karena tak yakin itu pelarian yang tepat. Bang Afif turun
tangan membantu Bang Yusuf.
Beruntung, kue kupu-kupu mereka masih dihias dengan
telaten oleh Qiza. Aku tahu, betapa pegalnya dan betapa harus bersabarnya jika
membuat totol kecil dengan butter cream.
Dan akhirnya, Qiza selesai menghias
kue! Horee, sekarang kedua kue sudah selesai! Sayangnya, di dapur, Bang Yusuf
dan Bang Afif masih sibuk dengan piring kotor. Hm, sudah kukira itu bukan
pelarian yang tepat, tapi itu penting juga sih. Cuma sedikit dapat bonus
capeknya aja.
Jam menunjukkan pukul 16.05 saat
orangtua kami datang untuk menjemput. Sekalian orangtua kami melihat hasil kue
kami, hehehe. Setelah orangtua mengobrol sebentar, dan setelah berfoto-foto,
kami membagi kue sampai 6 potong.
Kue selesai dipotong, kami pun
pulang! Horee, betapa mengasyikkan dan betapa melelahkannya kegiatan kami hari
itu. Tapi setidaknya, kue yang kami buat itu rasanya enak dan tampilannya
bagus, Alhamdulillah ya, hehe.
Oke guys, sekian ceritanya hari ini,
assalamu’alaikum!
2 Comments
Ih kawaii.. Kamu pake kerudung apa?
BalasHapus@Tasya yang warna biru,terus bajunya biru juga, hehe ..
BalasHapus